Menyusuri Sisi Lain Keindahan Kota Medan yang Memanjakan Mata di Malam Hari

00.59.00


“…..Batak itu luarnya aja yang keliatannya keras, cobak ko dalami hatinya.  Ko tau Bika Ambon? Kek gitulah spesialnya, udah lembut, enak, dirindukan pulak ….”

Sepintas itulah ungkapan yang sempat terbaca oleh saya di sebuah shuttle bus yang melintas ketika pertama kali menginjakkan kaki di tanah Sumatera Utara ini. Rasa penasaran saya semakin bertambah setelah membaca tulisan yang sedikit menggelitik tersebut sembari bertanya-tanya dalam hati akan ada keseruan apa kali ini yang akan terjadi setibanya saya di kota Medan.

Sumatera Utara memang penuh cerita, kata orang kalau mau sembuh dari penyakit baperan, sering-seringlah main ke Sumatera Utara, provinsi yang katanya punya kereta tapi rodanya hanya ada dua, malah motornya beroda empat, dan pajak malah justru jadi tempat belanja. Dahi saya semakin mengernyit dan semakin penasaran rasanya untuk mengenali kota ini lebih dalam lagi.

Hujan baru saja reda, dan pesawat yang saya tumpangi akhirnya “safe landed” dengan sempurna, walau sedikit mengalami turbulensi berkali-kali yang membuat rasa cemas menghantui selama dalam perjalanan, namun Alhamdulillah semua penumpang tidak ada yang mengalami trauma psikis yang berkelanjutan. Pesawat pun akhirnya merapat di bandara Polonia kota Medan, walau masih sedikit gerimis, namun tidak menyurutkan semangat saya untuk menemukan segala hal menarik dan unik apa saja nanti yang bisa saya temui di kota “Ini Medan Bung !!!” yang katanya masuk jajaran kota metropolitan di Pulau Sumatera.

Foto: Bandara Polonia Medan

Kenapa mendarat di Polonia, kok bisa? Sobat Budget Traveler pasti bertanya, bukankah bandara  Polonia sudah berhenti beroperasional untuk komersil saat ini? Yap betul sekali, mengapa pesawat yang saya tumpangi turun di Polonia, ini karena cerita akan kita putar ulang ke masa di tahun 2012, tepat dimana setahun sebelum Bandara Polonia ditutup dan sekaligus meresmikan bandara barunya Kualanamu pada 25 Juli 2013.

Rasanya beruntung sekali pernah menginjakkan kaki masuk kedalam gate Polonia yang menurut info telah ada sejak tahun 1928 ini. Polonia adalah wajah dari kota Medan, simbolisme kejayaan Sumatera Utara yang sudah ada sejak zaman diterbitkannya Sumpah Pemuda tempo dulu sebagai ikrar pemuda bangsa untuk mengubah negeri ini menjadi lebih baik lagi.

Perjalanan dari bandara Polonia ke pusat kota tidak begitu jauh, disini sudah ada sahabat dari medan yang bakalan mengajak saya menjelajahi kotanya bika ambon ini. Perkenalkan mereka adalah Taufiq, Alie, Tita, Elis, Resti, Cicie dan Zuliy. Kita semua tidak berasal dari Medan, namun kita menyempatkan diri dari sebuah obrolan di forum untuk melakukan meet up dan traveling bareng di Sumatera Utara, dan akhirnya ini benar-benar terjadi. Ini adalah perjalanan yang sangat unik menurut saya, kita tidak pernah berjumpa sebelumnya, namun bisa melakukan perjalanan secara bersama-sama dari berbagai kota di Pulau Sumatera ini.

Saya sendiri berasal dari Jambi dan Alie datang dari kota Batam. Sementara Taufiq dan Cicie memang warga yang menetap di Medan, berlanjut ke Tita yang berasal dari Bangka, Elis datang dari Belitung, kemudian Resti sendiri dari Bukittinggi dan Yang terjauh berasal dari ujungnya pulau Sumatera adalah Zuliy dari Kotabumi Lampung. How an amazing trip untuk perjalanan kali ini menurut saya, “Ini Sumatera loh yang Ngumpul !!! “decak kagum saya dalam hati.

Kita pun menginap di Hotel low cost budget di Citi Inn kota medan waktu itu. Hari pertama kami belum melakukan aktifitas yang begitu padat, maklum semua merasa lelah karena baru saja tiba dari kota masing-masing yang memakan waktu perjalanan yang cukup lama disertai waktu transit di Bandara Soetta yang lumayan menyita waktu. Malam itu kami habiskan untuk bersenda gurau dan mengenali satu sama lainnya.

Foto: Meet up perdana di Citi Inn Hotel Medan


Menikmati keseruan memacu adrenalin di atas transportasi khas Medan “Bentor”

Ada yang pernah merasakan sensasi berkendara menggunakan Bentor?

Bentor merupakan transportasi tradisional yang sangat populer digunakan di Sumatera Utara. Di kota Medan jumlahnya tak terhitung begitu banyak ditemui wara-wiri kesana-kemari mencari penumpang. “ Hanya Dia dan Tuhan yang tahu kapan mau belok” itulah satu ungkapan yang masih begitu saya ingat hingga sekarang tentang transportasi unik ini, dimana rasa was-was bercampur ketakutan akan begitu berasa saat penumpang pemula seperti saya merasakan pengalaman pertama mencoba kendaraan umum ini.

Foto: Bentor yang akan kami naiki

Bukan karena ukurannya yang kecil yang membuat kecemasan dan adrenalin meningkat, namun dimana ketika sang “Uwak” driver nya ini akan berbelok, maka transportasi lain di belakang ataupun depannya bahkan penumpang sendiri pun tidak tahu jika tiba-tiba akan berbelok karena memang entah suatu kebiasaan atau ciri khasnya seperti ini, bahwa ketika kendaraan ini berbelok tidak akan memberikan kode terlebih dahulu, maklum satu-satunya kendaraan yang mirip-mirip mobil dan bisa menyelip dalam gang sempit hanyalah moda transportasi bentor ini. Berkunjung kesini belum lengkap rasanya jika belum merasakan menaiki transportasi dengan sensasi kejut-kejut ini. Cobalah rasakan saat anda berkunjung ke Medan.


Walking Street, dari Sun Plaza yang penuh cerita mistis, Bank Indonesia nya yang paling legendaris, Istana Maimun yang memukau, Hingga Merdeka Walk yang kekinian.

Sudah sampai di kota medan namun belum menikmati keindahan kota yang masuk jajaran kota besar metropolitan ini rasanya belum cukup afdol untuk seorang penikmat perjalanan. Jalan-jalan pun selalu kami pilih pada malam hari, karena selain adem tentu di malam hari suasana kota akan lebih hidup dan penuh dengan lalu-lalang anak muda Medan yang kebanyakan hobi kongkow dan hangout, karena biasanya siang hari kota Medan sangatlah panas dan penuh dengan kesibukan orang-orang yang bekerja dan mencari nafkah. Plesiran pun kami habiskan semalaman penuh hingga larut malam di kota penuh cerita ini.

Foto : Mall Sun Plaza kota Medan

Foto: Di Gedung BI tertua di Medan

Foto: Merdeka Walk tampak dari bagian dalam

Foto: Dokumetasi bersama di Merdeka Walk

Foto: Makan malam di Merdeka Walk


Menikmati Mie Aceh Baru yang populer

Meskipun Mie Aceh bukan berasal dari Medan, tapi kualitas Mie Aceh di sini tak bisa dianggap enteng. Berkunjung ke kota Medan namun belum menikmati Mie Acehnya itu seperti masih kurang komplit 10% cerita perjalanan anda di kota ini. Ada dua kedai Mie Aceh yang paling terkenal seseantero Medan ini. Yang pertama ada di Mie Aceh Titi Bobrok yang ada di Jalan Setiabudi No 17C dan satunya lagi di Mie Aceh Baru yang masih teletak di jalan yang sama No 48. Biasanya nya buka sampai dengan pukul 21.00 setiap harinya. Kami sempat mencoba Mie Aceh Baru saat itu, karena aksesnya yang paling dekat ditemui duluan dari jalur perjalanan kami malam itu.

Foto: Teras Warung makan Mie Aceh Baru

Foto: Makan Bersama di Mia Aceh Baru Medan


Oleh-oleh Khas tak terlupakan, Bika Ambon dan Bolu Meranti.

Jangan bilang pernah ke Medan kalo kamu belum persiapakan oleh-oleh ini sebagai buah tangan wajib untuk setiap pelancong luar yang bertandang ke kota Medan. Dua cake ini merupakan ciri khas Medan yang tidak dimiliki oleh provinsi lainnya, maka dari itu persiapkan sedikit budget untuk membeli buah tangan ini untuk orang-orang tercinta sobat Budget Traveler nantinya.

Foto: Oleh-oleh khas Medan Bika Ambon Zulaikha

Foto: Oleh-oleh khas Medan Bolu Meranti


Udah di Medan, yuk sekalian main ke Berastagi

Udah pada mampir ke Kota Medan tapi belum nyempatin diri datang ke Berastagi rasanya seperti ada yang kurang. Sering sekali bukan sobat Budget Traveler mendengar Jeruk Berstagi di berbagai toko buah hingga Mall yang menjual berbagai macam buah segar, nah dari sinilah Jeruk Berastagi yang terkenal itu berasal. Jeruk ini dominan dengan rasanya yang manis dan khas sekali hampir menyerupai rasa jeruk Ponkam. Kota Berastagi merupakan alternatif kunjungan yang paling dekat dari kota Medan. Di Berastagi banyak ditemukan wisata yang asik untuk dikunjungi, mulai dari Air Terjun Sikulikap, Air Panas Lau Sidebuk- Sidebuk, Taman alam Lumbini, Desa Kuno Lingga, Rumah Pengasingan Soekarno, hingga  Gundaling Farm Berastagi nya. Saat bekunjung kesini kami menyempatkan diri untuk mencoba bermain di Pemandian Alam Sembahe dan Wisata Berastaginya dengan view Gunung  Sinabung yang menakjubkan.


Foto: Perjalanan menuju Berastagi

Foto: Perjalanan menuju Berastagi

Foto: Setelah petik jeruk di Berastagi

Foto: Berastagi dengan Background Gunung Sinabung

 Foto: Berastagi dengan Background Gunung Sinabung

Foto: Bermain di Pemandian Alam Sembahe

Foto: Bermain di Pemandian Alam Sembahe

Foto: Bermain di Pemandian Alam Sembahe

Dan akhirnya kisah saya di kota Medan berakhir di penghujung hari kelima ini. Perjalanan kami selama empat hari di Medan menjadi kisah yang luar biasa dan begitu langka terjadi. Hari ke lima pun kami akhirnya berpisah dan kembali ke kota masing-masing, serta mengatur jadwal kembali untuk berkunjung ke kota sahabat di lain kesempatan. Perjalanan kali ini begitu meninggalkan bekas kerinduan mendalam, jika bercerita tentang perjalanannya, tentu kisahnya tidak begitu ekstrim dan penuh dengan tantangan, namun kisah haru-biru di balik selama perjalanan “bersama dan dengan siapa” itulah momen yang tak bisa di lupakan sepanjang masa. Cerita perjalanan adalah suatu hal menarik yang sederhana, kamu bahagia melakukannya, dan orang disekitar kamu juga merasakan hal yang sama seperti kamu, dan kemudian kisahnya akan terus diingat  tak terlupakan sepanjang masa.


Sekian dulu kisah perjalanan saya bersama sahabat-sahabat dari berbagai kota di Sumatera ini sobat Budegt Traveler. Semoga cerita ini bisa menyemangati perjalanan sobat Budget Traveler semuanya, sampai jumpa di kisah perjalanan saya menyusuri tempat Indah lainnya di Indonesia ini .

You Might Also Like

0 komentar

Like us on Facebook

Flickr Images