Menghampiri Secuil Kepingan Surga nan Eksotik Pulau Kelor di Kepulauan Komodo
08.08.00
“……hidup ini adalah sebuah petualangan tanpa titik, mencoba terjun dan
tenggelam atau tidak tahu sama sekali rasa lain dari bagian dunia….”
Dulu sewaktu kecil saya sering
bertanya kepada Ibu. “Bu, Indonesia ini katanya luas sekali ya? Jika saya besar
nanti bisa tidak saya keliling Indonesia?” tutur saya polos. Dan dengan
senyuman penuh keyakinan Ibu pun menjawab “Kamu pasti bisa, dan semua orang
pasti bisa jika ada kemauan, yang penting kamu punya niat untuk melakukannya”
jawabnya. Semakin hari saya pun mulai menyukai mengumpulkan potongan-potongan cerita dan menjadikannya kliping dari majalah yang selalu Ibu beli setiap minggunya mengenai wisata
apapun yang tertera pada halaman jalan-jalan pada majalah anak-anak berjudul “Bobo”
tersebut.
Semakin hari motivasi saya
menjadi semakin kuat untuk merealisasikan keinginan tersebut. Majalah itu
sungguh meracuni pola pikir saya, bahkan gambar-gambar pada majalah terbitan
edisi era 90an tersebut masih membekas jelas dalam ingatan saya tentang
bagaimana ia menyuguhkan gambar candi, eksotisnya tangkuban perahu, memukaunya
gunung bromo dan hal lainnya yang membuat saya semakin berhasrat untuk menuju
ke tempat aslinya, bukan hanya sekedar gambar kosong belaka.
Walau meski terseok-seok namun
perlahan titik terang pun mulai terlihat. Lembaran demi lembaran tiap bulannya
selalu saya sisihkan untuk mengapresiasikan hobi saya yang terbilang tidak
lazim tersebut. Seperti yang saya ceritakan sebelumnya, akan selalu ada pengorbanan
untuk sebuah keinginan bukan? Kamu harus melakukan pengiritan dari segala macam
lini untuk mendapatkan keinginan tersebut, dan nyatanya terbukti berhasil
melakukannya. “You don’t have to be rich
to travel well” tak mesti menjadi orang kaya dulu untuk bisa melakukan hobi
ini bukan? Seperti sebuah motivasi yang Ibu saya katakan dulu “Kamu pasti bisa,
dan semua orang pasti bisa jika ada kemauan, yang penting kamu punya niat untuk
melakukannya”.
Pada catatan kali ini saya akan
menceritakan kisah perjalanan saya di negeri yang hampir menjadi impian untuk
dikunjungi oleh para pecinta wisata di tanah air ini. Adalah provinsi Nusa
Tenggara Timur yang kata orang merupakan surganya pariwisata Indonesia. Finally, my dreams come true, akhirnya saya
menapaki perjalanan juga ke negeri sejuta keindahan ini. Begitu banyak yang
saya lakukan selama lebih dari sepekan di provinsi ini, namun pada catatan
kisah pejalanan saya kali ini, saya akan menceritakan potongan kisah saya di satu
tempat bernama Pulau Kelor, sebuah pulau yang menurut saya sungguh memukau
sekali keindahannya.
Perjalanan bermula dari Labuan
Bajo dalam sailing trip mengelilingi 10 pulau terbaik di Kepulauan Komodo.
Pulau pertama yang akan disinggahi adalah pulau Kelor, sebuah pulau dengan
hamparan gugusan pulau-pulau cantik di hadapannya. Pelayaran pun dimulai, setelah 15 menit meninggalkan pelabuhan, tak
satupun dari peserta trip yang tidak terpesona oleh keindahan gugusan pulau
cantik di Kepulauan Komodo ini. Laut yang begitu tenang dengan sajian pemandangan
bukit-bukit kecil yang menyembul di tengah laut menjadi incaran bidikan lensa
kamera siapapun di kapal tersebut. 25 menit berselang para peserta trip mulai
terbiasa dan mengacuhkan bukit-bukit yang memanggil hangat di kiri kanan kami.
Bukan karena pemandangannya tidak menarik lagi, tapi semua berusaha untuk menghemat
rasa kagum agar tidak habis di awal perjalanan.
Sekitar
1 jam perjalanan dari Labuan Bajo, semua peserta merapat di pulau singgah
pertama, Pulau Kelor. Jangan samakan dengan Pulau Kelor di Kepulauan Seribu
yang berbentuk landai dengan benteng tua di tengahnya, Pulau Kelor di gugusan Kepulauan Komodo ini memiliki bibir pantai yang cukup landai dengan
pasir putih dan bukit menjulang di tengah pulau yang menggoda untuk didaki.
Belum kami menjejakan kaki di pasir Pulau Kelor, kami sudah dibuat terpesona
dengan jernihnya air di Pulau Kelor.
Bukit
yang tidak terlalu tinggi ini menjadi tujuan utama saya untuk didaki sebelum kembali
mencari spot foto di bagian bawah pulau Kelor. Tanpa ada perasaan apapun atau
malah mungkin sedikit menganggap remeh untuk trekking di
bukit Pulau Kelor ini. Saat mendekat di kaki bukit, jangan mengharapkan undakan
atau tangga. Bukit ini hanya memiliki jalan setapak dengan kemiringan lebih
dari 45 derajat. Saat mencapai puncak kemiringan akan semakin bertambah, hingga
bahkan pendakiannya pun nyaris mencium lutut, karena memang kondisi saat saya
melangkah, paha berhimpit dengan perut dan posisi lutut hampir menyentuh mulut.
Nmaun perjuangan menuju kesini tidak lebih berat ketimbang hanya sekedar
melakukan trek seperti ini, walau panas begitu terik akhirnya saya dan seluruh
peserta trip lainnya tiba juga di puncak pulau ini.
Ternyata
pemandangan di atas bahkan lebih super menakjubkan, dari sisi sini saya dapat
melihat hamparan pulau yang begitu indah di seberangnya yang sangat sayang sekali jika
terlewatkan untuk dibidik momennya. Dan tentunya kesempatan ini tidak saya
sia-siakan sama sekali untuk mendapatkan angle terbaik dalam dokumentasi foto
perjalanan saya. Beberapa bidikan terbik pun saya dapatkan, karena ternyata
peserta-peserta di dalam trip sepertinya sudah biasa bermain dengan kamera dan
mencari fose dengan angle terbaik.
Hari
semakin panas dan wisatawan dari kapal lain pun mulai merapat, karena tidak
ingin mendapatkan momen foto yang istilahnya “bocor” maka seluruh peserta trip
pun akhirnya bergegas turun untuk melanjutkan perjalanan ke pulau selanjutnya.
Di bagian bawah pulau saya pun melanjutkan kembali aktifitas dokumentasi yang
tak ingin terlewatkan. Hingga akhirnya matahari tepat diatas kepala, akhirnya
saya menyudahi kegiatan sesi foto dan kembali ke kapal untuk istirahat sejenak
sembari mengiuti jalur perjalanan kapal selanjutnya menuju ke Pulau kedua.
Cerita perjalanan
di pulau kedua tidak akan saya lanjutkan dalam catatan perjalanan di postingan
ini, tentu sobat budget traveler semua masih penasaran bukan akan menuju ke
pulau mana selanjutnya kapal trip ini kan berlabuh? Nah kisah selanjutnya bisa
sobat baca di postingan lanjutan dalam kisah petualangan di Nusa Tenggara Timur
ini ya. Sampai jumpa di coretan blog selanjutnya sobat budget traveler.
0 komentar