Sailing Trip Dari Jambi Ke Pulau Berhala dan Pulau Penyu Hanya 300 Ribuan, Yakin Gak Pengen Ikutan ?!!
10.24.00
Lokasi wisata
|
-
Pulau Berhala
-
Pulau Penyu
|
Total biaya yang dihabiskan
|
Rp. 360.000,-
|
Jenis Perjalanan
|
Solo Backpacker
|
Lama Perjalanan
|
25-26 Desember 2016
|
Kepuasan perjalanan
|
(8.7) dari (10)
|
Jika sebagian dari kalian berpikir bahwa saya tipikal orang yang candu
akan liburan, saya akan menjawab “IYA”. Entah kenapa menjauh dari hingar-bingar
kehidupan perkotaan yang membosankan menjadi suatu angin segar yang selalu saya
dambakan. Kalimat “Liburan” bagi saya merupakan suatu kebutuhan yang tak bisa
saya lepaskan begitu saja. Jika anda berpikir kembali bahwa saya adalah orang
yang “BERDUIT” tentu itu salah besar. Mengelola keperluan keuangan untuk
berbagai kebutuhan agar semuanya serba seimbang adalah sangat penting bagi
saya, karena saya cukup sadar bahwa saya memiliki keinginan besar sementara
finansial yang tak begitu mumpuni, membuat saya harus memutar otak bagaimana
agar keinginan saya tersebut bisa tercapai.
Liburan tak mesti selalu identik dengan kata-kata “MAHAL”. Cukup dengan
budget seminim mungkin, dengan modal nekad dan ambisi yang luar biasa sudah tentu
menjadi modal besar buat kamu untuk
merealisasikan keinginan tersebut. Yang paling penting pahami trik nya dan
bagaimana cara kamu mengakali kondisi keuangan kamu.
Kali ini saya akan memulai kembali petualangan saya menjelajahi pulau
cantik yang menjadi sengketa. Ya, bagi teman-teman yang berdomisili satu
provinsi dengan saya tentu sudah tahu itu pulau apa bukan? Adalah sebuah pulau
yang terletak di antara wilayah administratif 3 provinsi. Sebuah pulau yang
sengketanya entah kapan akan berakhir. Pulau indah ini bernama Pulau Berhala,
setidaknya ada beberapa nama Pulau yang sama seperti ini di Indonesia, salah
satunya Pulau Berhala milik provinsi Kepulauan Riau (saat ini). Pulau ini
dahulunya adalah milik provinsi Jambi, namun sengketa kepemilikan akhirnya
terjadi, 2 provinsi yaitu provinsi Jambi dan Provinsi Riau saling Meng-Klaim bahwa ini merupakan pulau milik
mereka. Sebenarnya pulau ini telah lama dikelola oleh pemerintah kabupaten
Tanjung Jabung Timur, provinsi Jambi. Akibat batasan wilayah administratif yang
tak jelas akhirnya membuka kesempatan terjadinya perebutan wilayah yang saling
mengukuhkan bahwa Pulau Berhala milik provinsi masing-masing.
Perebutan semakin tak menuai hasil, hingga akhirnya terbentuklah
provinsi baru saat itu yang menjadikan Indonesia yang awalnya 27 provinsi
menjadi 34 provinsi, dan salah satu provinsi tersebut adalah provinsi Kepulauan
Riau. Dengan terbentuknya Provinsi baru ini, Kepulauan Riau, akhirnya pada
keputusan MK tahun 2011 memberikan hasil ketuk palu bahwa Pulau Berhala kini
beralih kepemilikan kepada Provinsi Kepulauan Riau, sehingga akhirnya klaim dan
rebutan antar Provinsi Jambi dan provinsi Riau akhirnya meredam.
Berbicara mengenai Pulau berhala tentu tak ada habisnya, mulai dari
cerita dan mitos yang dari waktu ke waktu beredar mengenai pulau angker sewaktu
pulau ini belum begitu pamor, hingga pantangan membawa pasangan yang ingin
menikah untuk berkunjung ke pulau ini karena mitosnya akan mengakibatkan
hubungan akan menjadi berakhir, dan nyatanya mitos-mitos itu tak terbukti
terjadi dari hasil survey yang pernah saya tanyakan kepada wisatawan yang
pernah berkunjung ke sini.
Seperti biasanya saya selalu mengincar tanggal merah berdampingan
sebagai hari yang paling saya nantikan untuk menggotong kembali backpack di
pundak saya. Minggu ini saya putuskan untuk menjelajahi lokasi wisata terdekat
karena tanggal libur yang diberikan pemerintah hanya tersedia 2 hari saja. Sebelum
berangkat, untuk menghemat budget saya memilih untuk membawa makanan dari rumah
saja, sebagai makanan persiapan perbekalan selama 2 hari disana nanti. Perjalanan
awal saya ke Pulau Berhala dimulai dari
kota Jambi menggunakan mobil travel. Untuk mencapai pulaunya, terlebih dahulu
kita harus menuju Nipah Panjang sebagai area transit berganti tranportasi
menggunakan boat. Perjalanan ke Nipah ternyata diluar dugaan saya, jalannya
kini yang sangat kurang terawat mengakbatkan waktu tempuh normal yang
seharusnya 2 jam menjadi 3,5 jam. Seperti inilah itinerary yang telah saya
susun semalam sebelum keberangkatan.
Hari/tanggal
|
Itinerary
|
Waktu
|
Minggu, 25 Desember
|
-
Jambi
–Nipah Panjang
-
Nipah -
Berhala
-
Ziarah
makam datuk Berhala
-
Pantai
Berhala
-
Pulau
Karang
-
Istirahat
di Kampung Jambi
-
Sunset
Bukit Berhala
-
Api
unggun malam
-
Istirahat
malam di pendopo
|
-
06.00 –
09.30 wib
-
10.00 –
11.00 wib
-
11.30 –
12.00 wib
-
13.00 –
15.00 wib
-
15.00 –
16.30 wib
-
16.30 –
17.30 wib
-
18.00 –
18.30 wib
-
19.30 –
22.00 wib
-
22.00 –
06.00 wib
|
Senin, 26 Desember
|
-
Pulau
Penyu
-
Bukit
Meriam
-
Pulau
Timbul
-
Kampung
Riau
-
Prepare
pulang
-
Sunset
from boat
-
Berhala
– Nipah Panjang
-
Jambi -
Nipah
|
-
07.00 –
10.00 wib
-
10.30 –
12.00 wib
-
12.30 –
13.30 wib
-
13.30 –
15.00 wib
-
15.00 –
16.00 wib
-
16.30 –
17.30 wib
-
16.30 –
17.30 wib
-
18.00 –
21.30 wib
|
Demikianlah itinerary yang telah saya susun dan alhamdulillah semua list
berhasil saya coret menandakan semua alur perjalanan berhasil saya capai.
HARI KE 1: Minggu, 25 Desember
2016
Agenda
|
-
Jambi
–Nipah Panjang
-
Nipah -
Berhala
-
Ziarah
makam datuk Berhala
-
Pantai
Berhala
-
Pulau
Karang
-
Istirahat
di Kampung Jambi
-
Sunset
Bukit Berhala
-
Api
unggun malam
-
Istirahat
malam di pendopo
|
-
06.00 –
09.30 wib
-
10.00 –
11.00 wib
-
11.30 –
12.00 wib
-
13.00 –
15.00 wib
-
15.00 –
16.30 wib
-
16.30 –
17.30 wib
-
18.00 –
18.30 wib
-
19.30 –
22.00 wib
-
22.00 –
06.00 wib
|
Pagi-pagi sekali hari ini saya sudah di jemput oleh mobil travel dari
Jambi menuju Nipah panjang. Walau mata sedikit mengantuk di akhir pekan ini,
namun semangat tak boleh kendor untuk trip yang bakalan bikin seru kali ini. Lumayan lama waktu tempuh dari Jambi
menuju Nipah panjang dikarenakan kondisi badan jalan yang kini sudah tak
terawat. Bila biasanya kondisi jalanan dalam kondisi baik hanya ditempuh dalam
waktu 2 jam saja, sebaliknya kali ini sukses menambah lama perjalanan hingga
1,5 jam dan membuat saya tiba di Nipah pada pukul 09.30 wib pagi itu.
Travel mengantarkan saya langsung menuju dermaga Nipah Panjang yang
terletak tepat di tengah pasar. Sekitar setengah jam saya menunggu, akhirnya
bersiap juga untuk melanjutkan perjalanan selama lebih kurang 50 menit dari
Nipah panjang menuju Pulau berhala menggunakan kapal cepat (speedboat).
Perjalanan mengarungi lautan adalah sebuah cerita yang sangat saya sukai.
Mendengarkan deburan ombak, cipratan air dari lumbung kapal hingga berbagai
fauna terbang yang seolah memanggil bersahut-sahutan, menambah kecintaan saya
akan wisata bahari Indonesia yang begitu indah ini.
Sekitar lebih kurang satu
jam akhirnya kapal pun merapat di dermaga. Menepi perlahan dan membaur dengan
pasir pantai yang sedikit tersapu oleh gemerciknya ombak pantai. Ahhhhhhh !!! Ini
hidup yang saya impikan, ucap saya dalam hati.
Tak mau berlama-lama berdiam saya pun segera keluar dari speedboat,
melompat langsung menuju pasir putihnya dan berlarian berbarengan ombak
kecilnya pantai berhala tersebut. Dalam perjalanan kali ini saya tidak
mengambil homestay untuk menginap, ya seperti yang saya ceritakan di awal bahwa
ada hal-hal yang perlu di pertimbangkan bagi seorang budget traveler untuk
mengakali dan meminimalisir cost yang akan dikeluarkan. Berhubung ada pendopo
yang bisa di jadikan tempat beristirahat, saya pun memilih pendopo saja sebagai
tempat berteduh sekaligus istirahat nanti malam, toh dari sini saya bisa
langsung menikmati indahnya alam dan bintang yang selama ini sangat sulit
ditemui di perkotaan ketimbang saya memilih homestay dan bernaung di balik
tembok.
Hal pertama yang saya lakukan adalah berkunjung ke makam Paduko Datuk
Berhalo. Makam ini lah sebenarnya yang menjadi bukti sejarah kepemilikan Pulau
Berhala yang merupakan salah satu bagian dari wilayah Provinsi Jambi yang masih
ingin di pertahanakan. Paduka datuk Berhalo merupakan orang yang paling
disegani sekaligus yang menetap dan menemukan pulau ini dulunya.
Berhubung kostum saya kurang tepat untuk berkunjung ke dalam kompleks
makam dikarenakan seluruh bawahan saya merupakan celana pendek, maka saya
putuskan hanya untuk melihat sejenak saja. Ada mitos yang berkembang mengenai
tapak anak tangga menuju makam ini, yang konon katanya jumlah naik dan turunnya
tidak selalu sama. Sempat penasaran juga waktu itu, namun saya keburu turun
duluan tanpa menghitungnya dan enggan untuk mengulangnya kembali.
Melanjutkan petualangan saya seusai menuruni tangga dari makam Paduka
datuk Berhalo, saya pun langsung berlari menuju pantai. Suasana panas tak
menggoyahkan iman saya untuk berenang dan merasakan kembali air pantai yang super
dirindukan dan akhirnya terobati juga. Puas bermain dan berenang di pantai
Berhala, saya pun melanjutkan petualangan saya kearah selatan dari pulau
berhala, yaitu menuju pulau karang. Treking sekitar lebih kurang 10 menit
akhirnya saya pun sampai di titik yang paling saya sukai, yaitu pulau karang. Bagian
ini sebenarnya tak memiliki nama, hanya saja saya menamakan demikian agar
mempermudah saya mengingat area mana saja yang pernah saya kunjungi dan bisa
saya ceritakan kembali di blog ini.
Pulau karang ini menurut saya merupakan area terindah dari pulau ini.
Dengan hamparan bebatuan yang sangat luas tanpa tanah, semakin menyuguhkan dan
menunjukkan keeksotikan dari pulau Berhala ini. Di pulau Karang sangat banyak
sekali spot indah yang bisa diabadikan untuk diabadikan momennya. Mulai dari
hulu hingga hilir bebatuannya menurut saya awesome dan indah sekali.
Setelah puas menjelajahi bagian selatan pulau berhala serta seharian
terpapar panas dan teriknya matahari yang sudah di ubun-ubun, saya pun
memutuskan untuk beristirahat sejenak di pendopo sembari memulihkan kembali
tenaga yang lumayan melelahkan serta mengisi kembali asupan makanan akibat
hilangnya kalori oleh semangat bertualang sepanjang siang ini. Seusai makan,
matapun mengantuk dan akhirnya saya pun tertidur pulas karena kelelahan.
Sekitar pukul 17.30 sore itu saya pun terbangun dan matahari ternyata
sudah mulai perlahan sayup pertanda momen penting akan segera saya buru dan
jangan sampai terlewatkan, karena ini hanya momen sekejap saja dan besok tak
akan bisa diulangi kembali karena sudah jadwalnya pulang kembali ke kota.
Setelah mengitari pulau Berhala, akhirnya saya sampai kebagian Barat
pulau ini. Yap, this is Sunset time. Waktunya menunggu momen indah dibalik terbenamnya
matahari sore di balik lautan indah ini yang hanya terjadi beberapa menit saja. Perlahan
matahari semakin terbenam, rona sore jingga bercampur kuning dan oranye semakin
membias kencang. Wow, it such an amazing sunset guys !! wohooooo !!! Bisa
menyaksikan hal seperti ini rasanya menambah rasa syukur saya kepada sang khalik
bahwa semua ciptaan nya begitu indah ini bisa kita nikmati, dan ini pertanda
bahwa kita yang masih bisa menikmati harus bersyukur lebih banyak lagi atas
karunia-Nya.
Suasana di pulau Berhala pun
semakin tenang, waktu mulai beranjak menuju malam hari. Momen malam hari pun
diisi dengan berbagai kegiatan yang menyenangkan. Beberapa dari peserta ada
yang membuat acara kelompok hingga acara api unggun dan barbeque. Saya pun
diajak untuk bergabung bersama mereka. Sekedar menghangatkan suasana dan
menyambut ajakan, saya pun bergabung dan berbaur dengan keseruan malam ke
akraban bersama mereka. Selanjutnya saya kembali memisahkan diri menepi kearah
pantai dan berbaring di bebatuan sambil memandang langit cerah berbintang yang
langka bisa di temukan di perkotaan seperti ini. Sungguh luar biasa perjalanan
menyenangkan saya hari ini, rasanya tak ingin malam segera berlalu karena suara
deburan ombak malam hari ini masih begitu semilir di telinga saya seolah
memanggil-manggil untuk mengajak kembali bermain bersama sapuan ombak yang
menyeret pasir pantai dengan perlahan.
Hari semakin malam dan akhirnya saya kembali menuju pendopo dan beristirahat.
Petualangan yang lumayan melelahkan sepanjang hari membuat saya tertidur begitu
terlelap hingga akhirnya tak terasa langit pagi menyapa kembali.
Jenis Pengeluaran Hari ke-1
|
Biaya
|
Travel
Jambi – Nipah Panjang
|
Rp.
60.000
|
Boat Nipah
Panjang – Pulau Berhala (PP)
|
Rp.
220.000
|
Total
|
Rp. 280.000
|
HARI KE 2: Senin, 26 Desember 2016
Agenda
|
-
Pulau
Penyu
-
Bukit
Meriam
-
Pulau
Timbul
-
Kampung
Riau
-
Prepare
pulang
-
Sunset
from boat
-
Berhala
– Nipah Panjang
-
Jambi -
Nipah
|
-
07.00 –
10.00 wib
-
10.30 –
12.00 wib
-
12.30 –
13.30 wib
-
13.30 –
15.00 wib
-
15.00 –
16.00 wib
-
16.30 –
17.30 wib
-
16.30 –
17.30 wib
-
18.00 –
21.30 wib
|
Mentari pagi senin ini mulai menyapa saya kembali. Jika biasanya setiap
senin saya disibukkan dengan kegiatan dan rutinitas pekerjaan harian, namun hari
ini terlihat berbeda. Pemerintah yang baik hati ternyata memberikan libur
tambahan kembali untuk orang-orang yang benar-benar membutuhkan waktu long
weekend yang begitu dirindukan seperti ini.
Pagi ini saya akan merencanakan perjalanan saya menuju Pulau Penyu.
Pulau ini merupakan pulau yang eksotik dengan sebuah keunikan, yaitu adanya
laguna (lagoon) yang terbentuk di tengah pulaunya membentuk cekungan berisi air
laut sehingga sangat aman untuk berenang karena jauh dari ombak besar pantai.
Pulau penyu masih sangat kontroversial, menurut salah satu situs kepulauan
milik pemerintahan bahwa pulau Penyu masih merupakan kepemilikan Provinsi Jambi
dan masuk dalam wilayah batas administratif provinsi Jambi, yaitu kecamatan
Sadu, kabupaten Tanjung Jabung Barat.
Pulau ini tidak seluas pulau berhala, namun setidaknya pulau ini tetap
menjadi incaran saat berkunjung ke pulau Berhala karena memang letaknya
berdekatan, hanya berjarak sekitar 10 menit waktu tempuh mengunakan pompong
dari Pulau Berhala. Dari penuturan warga setempat, kabarnya pulau ini pada
bulan-bulan tertentu akan menjadi tempat persinggahan para penyu untuk
bertelur, maka dari itu pulau ini diberi nama pulau Penyu da nada pula yang
menyebutnya sebagai pulau telur.
Kami pun disarankan tak boleh berlama-lama berkunjung ke pulau ini
karena menurut penuturan pak Edi sang penjaga homestay di pulau Berhala, pasang
surut akan berlangsung setelah pukul 10.00 wib pagi keatas, sehingga bila masih
berlama-lama di pulau penyu, maka pompong kami akan terjebak di dalam laguna
pulau dan harus menunggu kembali air pasang agar bisa keluar dari laguna yang
telah terpisah menjadi daratan tersebut. Akhirnya sebelum pasang surut pun
terjadi, kami segera kembali ke pulau Berhala, karena bila terlalu lama pun
maka posisi dermaga akan semakin jauh dari bibir pantai dikarenakan pasang
surut.
Setelah puas menikmati pulau Penyu, perjalanan saya pun berlanjut kali
ini ke bagian utara dari pulau Berhala. Spot kedua yang akan saya kunjungi
adalah Bukit Meriam. Untuk mencapai bukit ini ternyata lumayan menguras energi,
karena lokasi ini merupakan puncak paling tertingggi dari pulau ini. Lumayan
melelahkan trekking menuju kesini, dan spot yang terlihat saat saya tiba disini
tidak begitu membuat mata merasa begitu spesial karena yang terlihat hanya
terdapat satu buah meriam peninggalan perang dulu yang telah terkubur. Namun
inti dari mengunjungi bukit meriam ini bukan sebagaimana indah lokasi yang di
datangi, namun lebih kepada tentang belajar mengenai nilai historis dan
perjuangan yang telah terjadi di pulau ini terdahulunya. Tentu akan selalu ada
ada nilai plus saat kita mengunjungi sebuah lokasi bukan? Bila tidak kita temui
saat menanjak, dan itu mungkin akan kita temui saat menuruninya, dan Exactly
right !!! ternyata benar, setelah saya turun dari puncak nya pulau Berhala ini,
satu spot indah pun menanti, yaitu pemandangan dari ketinggian pulau ini yang
begitu menakjubkan. Tampak pulau-pulau kecil lainnya yang tersebar di sekitar pulau
Berhala yang indah ini terhampar dengan begitu indahnya.
Usai menuruni bukit, saya pun melanjutkan penjelajahan saya kearah pulau
timbul. Pulau ini merupakan ala-alanya tanah lot mini seperti di pulau Bali.
Pada saat pasang naik air laut, maka kita tak akan bisa menyentuh bagian lokasi
yang di penuhi bebatuan seperti di Belitung ini, namun saat pasang surut maka
kita akan dapat memasuki area ini dan mengambil foto sepuasnya, karena disini
banyak disediakan spot foto yang menarik berlatarkan bebatuan besar seperti di
Belitung.
Tak lama saya bermain menikmati pulau timbul ini sayapun melanjutkan
petualangan saya menyusuri perkampungan yang lebih ramai lagi. Yap, ini adalah
perkampungan Riau. Sebenarnya sebelum pulau Berhala ini terlepas kepada Provinsi
Kepulauan Riau ketika saat masih menjadi sengketa di pulau ini terdapat dua
kampung yang terpecah. Kampung dimana terdapatnya dermaga perhentian wisatawan
pulau Berhala disebut dengan kampung Jambi. DI kampung Jambi (dulunya) di
kelola oleh 5 kepala keluarga, dan di sini banyak di bangun homestay yang
dibangun pemkab Tanjung Barat sebagai tempat menginap wisatawan bila berkunjung
ke pulau ini, sementara di bagian sisi lainnya yang bukan merupakan kampung
wisata dan memiliki lebih banyak kepala keluarga disebut Kampung Riau. Di
kampung riau ini lebih terfokus dengan kegiatan perekonomian warga, mulai dari
sekolah, tempat ibadah dan layanan kesehatan dan lain sebagainya.
Meskipun adanya pemecahan area akibat sengketa 2 provinsi ini dulunya, 2
kampung ini tetap menjalin kerukunan antar warganya, dan tak pernah terjadi
perselisihan antar kampung, bahkan hingga saat ini pun masih berlangsung
toleransi yang sangat baik dan harmonis antar keduanya. Bahkan saya pun sembat
berbincang-bincang kepada warga kampung masing-masing tentang bagaimana
perhatian pemerintah setelah pulau ini menjadi kepemilikan Kepulauan Riau.
Ternyata jawaban mereka beragam, ada yang memberi tanggapan bahwa lebih
diperhatikan saat masih sengketa dahulu, dengan alasan bahwa masing-masing
provinsi masih fokus dan perhatian pada masing-masing area yang di klaim,
sehingga pembangunan begitu pesat dan antar provinsi saling berlomba untuk
membangun infrastruktur pulau Berhala tersebut.
Namun kini kondisinya jauh berubah, setelah keputusan MK yang menyatakan
bahwa pulau Berhala menjadi milik provinsi baru Kepulauan Riau, akhirnya kedua
provinsi kini tak memperhatikan lagi pulau Berhala tersebut, bahkan aset yang di
bangun pun kini semakin tak diperhatikan. Tak heran mengapa kondisi ini bisa
terjadi, kepulauan riau yang merupakan provinsi yang penuh dengan hamparan
kepulauan yang harus diperhatikan, tentu tak menutup kemungkinan akan menjadi
salah satu pulau yang terlewatkan, karena disamping jauh dari ibukotnya, akses
menuju kesini pun kurang strategis, sehingga pulau-pulau di batas admisnitratif
wilayah akhirnya tak diperhatikan. Saya berharap semoga pulau ini kembali ke
provinsi yang benar-benar memiliki keinginan untuk membangunnya seperti
terdahulu. Sehingga perekonomian masyarakat disana semakin makmur dan kunjungan
wisata ke pulau Berhala kembali meningkat.
Saya pun mengakhiri perjalanan di kampung Riau tersebut, kemudian beranjak
kembali pulang menuju kampung Jambi dan berlanjut mengemas barang-barang saya
untuk pulang kembali ke Nipah Panjang. Akhirnya awak kapal pun memberi arahan
untuk segera kembali menaiki kapal, pertanda kapal akan segera berlambuh
kembali. Sore itu matahari sudah mulai tampak condong walau belum akan
tenggelam. Seluruh peserta kembali menaiki speedboat. Dalam perjalanan pulang,
saya lebih memilih menaiki bagian dek kapal, karena tidak ingin berada di
suasana kedap dan ramai akan orang-orang yang kelihatan lelah setelah 2 hari memuaskan
petualangan mereka di pulau Berhala. Dari atas kapal ternyata suasana laut lebih
terlihat indah, matahari yang semakin turun ke barat seolah menyajikan sunset
sore yang sangat memukau sebagai penutup perjalanan saya kali ini. Perjalanan
kembali ke nipah selama 50 menit menambah cerita begitu nikmatnya mengarungi
lautan selama perjalanan.
Kapal pun akhirnya merapat di dermaga, dan saya pun melanjutkan
perjalanan panjang kembali menggunakan mobil travel menuju kota Jambi, bersiap
mengistirahatkan badan dan menngumpulkan semangat untuk kembali ke rutinitas
keesokan harinya. Seluruh kisah di pulau Berhala ini bagi saya adalah cerita
yang sangat menyenangkan. Sebuah cerita di sebuah pualu yang nyaris akan segera
mati suri jika tak di kembalikan ke negeri yang benar-benar berniat untuk
membangun ruh-nya kembali. Semoga pulau Berhala bisa kembali ke pemilik asalnya
terdahulu, dimana pulau ini begitu memiliki nama dan masyarakatnya penuh dengan
kesejahteraan dan menjadi wisata bahari kebanggan masrakat sepucuk Jambi
Sembilan Lurah kembali.
Jenis Pengeluaran Hari ke-2
|
Biaya
|
Pompong
pulau penyu
|
Rp.
20.000
|
Travel
Nipah Panjang - Jambi
|
Rp.
60.000
|
Total
|
Rp. 80.000
|
Demikianlah cerita perjalanan hemat saya menuju 2 pulau indah yang
menjadi rebutan oleh tiga provinsi ini, semoga kisah saya
bisa menginspirasi sahabat travelmate semua untuk mengenali dunia ini lebih
luas lagi sembari belajar memahami perbedaan etnis dan budaya di setiap daratan
dan kepulauan yang berbeda. Salam Lestari !
1 komentar
Bang, bisa diinfo untuk travelnya bisa menghubungi kemana ya?
BalasHapus